A.
Teori Psikoanalisis
1.
Pengertian Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis merupakan teori
kepribadian yang paling komprehensif yang mengemukakan tentang tiga pokok
pembahasan yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan
kepribadian.(Alwisol,2004,p.15). Psikoanalisis sering juga disebut dengan
Psikologi Dalam, karena pendekatan ini berpendapat bahwa segala tingkah laku
manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di dalam ketidaksadaran.
Corey (2009) mengatakan bahwa Psikoanalisis
merupakan teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan
dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik.
2.
Konsep Dasar Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis memiliki cirri – cirri
antara lain : menekankan pada pentingnya riwayat hidup konseli (perkembangan
psikoseksual), pengaruh dari impuls – impuls genetic (instink), pengaruh energy
libido, pengaruh pengalaman dini individu, dan pengaruh irasionalitas dan
sumber – sumber ketidaksadaran tingkah laku
Struktur atau Organisasi Kepribadian Frued
memandang bahwa kepribadian manusia tersussun atas tiga system yang terpisah
fungsinya anatara satu dan yang lain, tetapi tetap saling mempengaruhi. Ketiga
system itu dikenal sebagai id, ego, super ego.
3.
Tujuan Teori Psikoanalisis
Tujuan utama konseling dalam pola piker
Psikoanalisis adalah membuat kesadaran (conscious) hal – hal yang tidak
disadari (unconscious) konseli. Sedangkan tujuan khususnya adalah membentuk
kembali struktur kepribadian individu melalui pengungkapan hal – hal yang tidak
disadari. Proses konseling dititikberatkan pada usaha konselor agar klien dapat
menghayati, memahami dan mengenal pengalaman – pengalaman masa kecilnya di mana
pengalaman tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan dengan
tujuan agar kepribadian klien dapat direkonstruksikan.
4.
Peran dan fungsi konselor dalam pelaksanaan Teori Psikoanalisis
Dalam melakukan praktek Psikoanalisis, seorang
konselor akan bersikap anonym, artinya konselor berusaha tidak dikenal klien
dan bertindak sedikit sekali dalam memperlihatkan perasaan dan pengalamannya.
Tujuannya adalah agar klien mudah memantulkan perasaannya kepada konselor.
Hal yang penting dalam proses konseling adalah
memberikan perhatian terhadap keadaan resitensi klien yaitu suatu keadaan
dimana klien melindungi dirinya agar perasaan trauma, dan kegagalan tidak
diketahui oleh konselor.
B. Teori Analisis
Transaksional
1.
Pengertian Analisis Transaksional
Teori Analisis Tansaksional (transactional analysis)
merupakan teori yang dapat digunakan pada seting individual maupun
kelompok.Teori ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang
dengan jelas menyebuttkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selain itu juga
memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh konseli
untuk menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru. Analisis
transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari
kepribadian.
Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang
digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat
timbale balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang.
2.
Konsep Dasar Analisis Transaksional
Teori Analisis Transaksional memiliki asumsi dasar bahwa
perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego state yang dipilihnya,
setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang di dalamnya
turut melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil,
setiap orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisisi
hidup.
Teori ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang
dilakukan oleh klien dan menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat
keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari
kepribadian, dan berorientasi pada meningkatnya kesadaran sehingga konseli
dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.
3.
Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling Analisis Transaksional adalah membantu
konseli untuk membuat keputusan baru tentang tingkah lakusekarang dan arah
hidupnya. Individu memperoleh kesadaran tentang bagaimana kebebasannya
terkekang karena keputusan awal tentang posisi hidup, dan belajar untuk
menentukan arah hidup yang lebih baik.
Tujuan khususnya
adalah :
o Konselor
membantu konseli untuk memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi
pada saat yang tepat
o Konseli
dibantu untuk menganalisis transaksi dirinya sendiri
o Konseli
dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri
dalam memilih apa yang diinginkan
o Konseli
dibantu untuk mengkaji keputusan salah yang dibuat dan membuat keputusan baru
atas dasar kesadaran
4.
Peran dan fungsi konselor
Menurut Harris (1967) peran konselor adalah sebagai guru,
pelatih dan penyelamatdengan terlibat secara penuh dengan konseli (p.239 dalam
Corey, 1986,p.159).Konselor juga membantu konseli menemukan kondisi – kondisi
yang tidak menguntungkan di masa lalu dan mengeembangkan strategi untuk
mengatasinya (Corey,1986,p.159)
Konselor membantu konseli menemukan kekuatan
internalnya untuk berubah dengan membuat keputusan yang sesuai sekarang
(Goouling dan Goulding,1978 dalam Corey,1986,p.159)
C.
Teori Behavioral
1.
Pengertian Behavioral
Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh
John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner.
Sama halnya dengan psikoanalisa, behaviorisme juga merupakan aliran yang
revosilusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup
dalam. Sejumlah filsuf dan ilmuwan sebelum Watson dalam satu dan lain bentuk
telah mengajukan gagasan – gagasan megenai penekatan objektif dalam
mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistik dan materialistis,
suatu pendekatan yang menjadi cirri utama dari behaviorisme.
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia pada
dasrnya tidak memiliki bakat apa- apa. Manusia akan berkembang berdasarkan
stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.
2.
Konsep Dasar Behavioral
Salah satu studi yang paling perkembangan pendekatan behavioral
adalah studi yang dilakukan oleh Watson dan Rayner (1920) yang menggunakan anak
sebagai subyek tentang rasa takut yang dipelajari (conditioned).
Teori behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah
laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling.
Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku
yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.
3.
Tujuan Konseling Behavioral
Menurut Corey (2003: 202 ) menyatakan bahwa tujuan umum
terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi – kondisi baru bagi proses
belajar. Dasar alasannya adalah segenap tingkah laku adalah dipelajari
(learned). Secara umum tujuan konseling behavioral adalah :
-
Menciptakan kondisi baru pembelajar
-
Menghapus tingkah laku non adaktif untuk digantikan perilaku
yang adaptif
-
Meningkatkan personality choice
4.
Peran dan fungsi konselor
Peran konselor dalam konseling behavioral adalah berperan aktif,
direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari
persoalan individu. Konselor behavioral berfungsi sebagai guru, pengarah dan
para ahli yang mendiagnosa tingkah laku yang maladaptive dan menentukn
prosedur yang mengatasi persoalan tingkah laku individu.
D.
Teori Rational-Emotive Behavior Therapy
1.
Pengertian Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT)
Teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) adalah teori
behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan anatara perasaan, tingkah
laku dan pikiran. Teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) dikembangkan
oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar teori ini tentang
manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang
salah satunya didapat melalui belajar social. Disamping itu, individu juga
memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. Pendekatan
ini bertujuan untuk mengajak individu untuk mengubah pikiran – pikiran
irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori GABCDE.
2.
Konsep Dasar
Asumsi Dasar
Ellis mengatakan bahwa
beberapa asumsi dasar REBT yang dapat dikategorisasiakn pada beberapa postulat,
antara lain :
o Pikiran,
perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain
o Gangguan
emosional disebabkan oleh factor biologi dan lingkungan
o Manusia
dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar dan individu juga secara
sengaja mempengaruhi orang lain disekitarnya
o Manusia
menyakiti diri sendiri secara kognitifemosional dan tingkah laku. Individu
sering berpikir yang menyakiti diri sendiri dan orang lain
o Ketika
hal yang tidak menyenangkan terjadi, individu cenderung menciptakan keyakinan
yang irasional tentang kejadian tersebut
o Kejadian
irasional menjadi penyebab gangguan kepribadian individu
o Sebagian
beasr manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk membuat dan
mempertahankan gangguan emosionalnya
o Ketika
individu bertingkah laku yang menyakiti diri sendiri
Proses Berpikir
Ellis berpendapat
bahwa yang menjadi sumber terjadinya masalah – masalah emosional adalah
evaluative belief yang dikenal dalam istilah Rational-Emotive Behaviot Therapy
(REBT) adalah irrational belief yang dapat dikategorikan menjadi empat yaitu :
o Demands
( tuntutan )
o Awfulising
o Low
frustration tolerance (LFT)
o Global
evaluation of human worth
Teori ABC
Teori ABC adalah teori
tentang kepribadian individu dari sudut pandang teori Rational-Emotive Behaviot
Therapy (REBT), kemudian ditambahkan D dan E untuk mengakomodsi perubahan dan
hasil yang diinginkan tersebut. Selanjutnya ditambahkan G yang diletakkan di
awal untuk memberikan konteks pada kepribadian individu :
3.
Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling
dengan teori Rational-Emotive Behvior Therapy (REBT) adalah membantu individu
menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan lebih rasional dan lebih produktif.
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) mengajarkan individu untuk mengoreksi
kesalahan untuk mereduksi emosi yang tidak diharapkan serta mengubah kebiasaan
berpikir dan tingkah laku yang merusak diri.
4.
Peran dan Fungsi Konselor
Peran konselor dalam
pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah :
-
Aktif – direktif, yaitu mengambil peran lebih banyak untuk
memberikan penjelasan terutama pada awal konseling
-
Mengkonfrontasi pikiran irasional konseli secara langsung
-
Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk
berpikir dan mendidik kembali diri konseli sendiri
-
Secara terus menerus ‘menyerang” pemikiran irasional konseli
-
Mengjak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan
berpikir bukan emosi
-
Bersifat didaktif
E.
Teori Realitas
1.
Pengertian Teori Ralitas
Teori realitas dikembangkan oleh William Glasser, seorang
psikolog dari California. Ciri yang sangat khas dari teori ini adalah tidak
terpaku pada kejadian – kejadian masa lalu, tetapi mendorong konseli untuk
menghadapi realitas. Teori ini juga tidak member perhatian pada motif – motif
bawah sadar sebagaimana pandangan kaum psikoanalisis. Akan tetai, lebbih
menekankan pada pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab dengan
merencanakan dan melakukan tindakan – tindakan tersebut.
2.
Konsep dasar Teori Realitas
Padadasarnya setiap individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginannya, di mana kebutuhan bersifat universal pada semua individu,
sementara keinginan bersifat unik bagi setiap individu.
Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser
orang tersebut mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini
terkait pada konsep 3R, yaitu keadaan di mana individu dapat menerima kondisi
yang dihadapinya. Konsep tersebut adalah responsibility (tanggungjawab),
Reality (kenyataan), Right (kebenaran).
3.
Tujuan Konseling
Layanan Konseling ini bertujuan untuk membantu konseli mencapai
identitas berhasil. Konseli yang mengetahui identitasnya, akan mengetahui
langkah – langkah apa yang akan ia lakukan di masa yang kan dating dengan
segala konsekuensinya. Bersama – sama konselor, konseli dihadapkan kembali pada
kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu menhadapi realitas.
4.
Peran dan fungsi Konselor
Fungsi konselor dalam pendekatan realitas adalah melibatkan diri
dengan konseli, bersikap direktif dan didaktik, yaitu berperan seperti guru
yang mengarahkan dan dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli mampu
menghadapi kenyataan. Di sini, terapis sebagai fasilitator yang membantu
konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.
KESIMPULAN
Teori merupakan
suatu model yang digunakan oleh para teoritis untuk memadukan realitas
pengalaman dengan ide-ide (pemikiran) tentang penjelasan yang masuk akal
tentang peristiwa tersebut. Sama halnya dengan teori konseling, para teoritis
bisa memberikan teori tersebut berdasar pengalaman yang dialami oleh
masing-masing teoritis yang ditambahi oleh ide-ide mereka sehingga bisa menjadi
seperti sekarang ini. Dari tiap teori yang ada memiliki sudut pandang yang
berbeda mengenai konseling. Walaupun berbeda pandangan mengenai konseling namun
semua itu diperlukan dalam dunia psikologi seperti sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Makalah Teori-teori Konseling. http://makalah-bimbingan-konseling.blogspot.co.id/2014/11/makalah-teori-teori-konseling.html. Diakses pada 22 Februari 2017
Teori Konseling. http://cicibon.blogspot.co.id/2012/07/teori-konseling.html. Diakses pada 22 Februari 2017
Teori-teori dalam Bimbingan Konseling. http://benczad94.weebly.com/teori-teori-dalam-bimbingan-konseling.html. Diakses pada 22 Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar